Sabtu, 20 April 2013

Berita Pelalawan

Dinas Peternakan Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau kunjungi BPTP Bali untuk menimba informasi seputar sapi Bali. Hal tersebut dikarenakan, kabupaten yang terletak di sepanjang sungai kampar ini ternyata memiliki populasi sapi Bali yang melebihi jumlah sapi lokal lainnya. Mayoritas penduduk Pelalawan yang bekerja di sektor pertanian ini, jika di total seluruh Kabupaten Pelalawan memiliki ternak sejumlah 6000 ekor sapi Bali, sedangkan sapi jenis lain hanya berjumlah 600 ekor.
Salah satu tujuan ke Bali adalah mengunjungi pasar Beringkit yang berlokasi di Mengwi, Badung. Pasar ini merupakan salah satu pasar sapi terbesar yang berada di Bali. Dalam satu minggu pasar yang dibuka untuk transaksi pada hari rabu dan minggu ini dapat menjual 1000 ekor sapi bali dalam satu hari. Kepala Dinas Peternakan Pelalawan, Ir. Tengku Wahidudin, M.Si mengatakan “Tujuan utama kami ke Beringkit ini adalah untuk melihat langsung dari masalah teknis, manajemen, dan proses pengelolaan pasar secara umum. Selain itu kami juga ingin memotivasi para petugas PPL Peternakan di Pelalawan dengan melihat langsung perkembangan dunia peternakan yang ternyata sangat menguntungkan sekali.
Tengku Wahidudin juga mengatakan bahwa di Pelalawan sudah ada pasar ternak, namun volume masih sangat kecil, hanya 50 ekor saja. Jadi kunjungan ke Beringkit kali ini juga merupakan penjajagan, supaya nantinya bisa diupayakan, Pelalawan mengambil sapi bali, langsung dari sumbernya. Hal ini juga merupakan upaya untuk pemurnian sapi Bali yang berada di Pelalawan, agar performa ternak sapi disana semakin meningkat.

Jumat, 29 April 2011

WISATA PELALAWAN

Wisata Riau atau berwisata ke Provinsi Riau tidak lengkap jika tidak berkunjung ke Kota Tua Pelalawan (eks Kerajaan Pelalawan.) yang kini berada di Kelurahan Pelalawan Kecamatan Pelalawan Kabupaten Pelalawan. Dari Pekanbaru Ibukota Provinsi Riau, Pelalawan dapat ditempuh dengan perjalanan darat selama 60menit,. Sebelum memasuki Kota Pangkalan Kerinci kita akan menemui Simpang Perak atau dikenal dengan Simpang Payung karena disitu ada Payung besar. Simpang Perak ataupun Simpang Payung adalah Pertigaan ,jika dari arah Pekanbaru maka dipersimpangan tersebut jika ke kiri adalah Arah Ke Kabupaten Siak dan Ke Kanan adalah Kota Pangkalan Kerinci. Dari Simpang Perak (Simpang Payung) tersebut kita belok ke Kanan dan sekitar puluhan meter dari persimpangan tersebut ada Persimpangan ke arah Kiri lalu kita masuk melewati Areal Perkebunan Kelapa Sawit dan Area Transmigrasi SP7 dan perjalanan masuk kedalam sekitar 12km. Hingga nanti kita menemukan suatu Perkampungan yang disebut dengan Pelalawan. Di Pelalawan nuansa Melayu sangat kental kita jumpai, arsitektur bangunan (rumah panggung) yang dihiasi ukiran melayu, bahasa yang digunakan masyarakat sekitar adalah bahasa Melayu. Di Pelalawan terdapat banyak Peninggalan Kerajaan Kita Jumpai diantaranya Istana Sayap Pelalawan, Mesjid Hibah Pelalawan, Kediaman Raja pelalawan, Kediaman Panglima Perang Kerajaan, Makam-makam Raja dan Peninggalan kerajaan lainnya.



Istana Sayap awalnya dibangun oleh Sultan Pelalawan ke 29, yakni Tengku Sontol Said Ali (1886-1892 M).  Sebelum bangunan itu selesai beliau mangkat dan diberi gelar Marhum Mangkat di balai. Selanjutnya pembangunan Istana diteruskan sampai selesai oleh pengganti beliau yakni Sultan Syarif Hasyim II ( (1892- 1930M).
MESJID HIBAH PELALAWAN
Mesjid Hibah dibangun pada tahun 1936 pada masa pemerintahan Pangeran Marhum Tengku Budiman. Masjid ini telah direnovasi total (kondisi sebelum renovasi bisa dilihat di Mesjid Hibah).

MERIAM KERAJAAN PELALAWAN


PESANGGRAHAN PANGLIMA KUDIN
Panglima Kudin adalah Panglima Perang kerajaan Pelalawan wilayah kerjanya meliputi Mempusun, Delik, Dayun dan Sungai Rasau.
KEDIAMAN TENGKU SAID HARUN (RAJA TERAKHIR KERAJAAN PELALAWAN)
Tengku Said Harun (Syarif Harun) adalah raja terakhir Pelalawan ia memerintah pada tahun 1941-194.
MUSEUM NEGERI TENGKU SAID OESMAN
Tengku Said Osman (Pemangku Sultan) adalah Raja Kerajaan Pelalawan yang memerintah pada tahun 1930-1941.



SUMBER :
WISATA PELALAWAN
WISATA RIAU

BONO SUNGAI KAMPAR

Bono merupakan fenomena alam yang menakjubkan. Di mana, ketika pasang memudiki sungai, maka air sungai akan menggelombang, berombak besar. Tinggi gelombang tersebut mencapai 6 meter. Konon, menurut salah-satu cerita, Bono yang terdapat di daerah Kuala Kampar ini merupakan pasangan jantan dari Bono Betina yang terdapat di Sungai Rokan. Bono yang terdapat di Sungai Kampar Kecamatan Kuala Kampar kabupaten Pelalawan sudah dianggap sebagai hal yang biasa bagi masyarakat sekitar di Kuala Kampar, mereka disana  menganggap Bono  sebagai arena bermain untuk  menguji ketangkasan berperahu.

Untuk mencapai Lokasi Bono ini (Sungai Kampar Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan) dapat ditempuh dengan menggunakan Transportasi darat dari Pekanbaru ke Pangkalan Kerinci sekitar 70km dan dapat ditempuh dengan waktu perjalanan 1,5jam. Kemudian dilanjutkan perjalanan darat menuju Teluk Meranti melalui Kecamatan Bunut lebih kurang perjalanan dapat ditempuh dengan waktu 4jam. Selain itu perjalanan juga dapat dilakukan menggunakan sarana transportasi air, dari Pangkalan Kerinci (Pelabuhan di jembatan Pangkalan Kerinci) kita bisa menggunakan speedboat ke desa Pulau Muda (lokasi terbaik untuk menyaksikan BONO) dengan waktu tempuh perjalanan sekitar 4.5jam. Kedepannya Bono dapat menjadi Wisata andalan Provinsi Riau.

Bagi dunia peselancar (surfer) maupun wisatawan dari luar, Bono Kampar adalah sebuah penemuan yang mengagumkan bahkan para selencar dunia mengungkapkan luar biasa untuk "Bono Kampar", seperti diungkapkan oleh Chris Mauro dalam tulisannya yang  dimuat GrindTV.com :  “A dreamlike wave found in an Indonesian river is stunning surf world (sebuah gelombang impian yang ditemukan di salah satu sungai di Indonesia memukau dunia selancar),” tulis . Tulisan Mauro itu sendiri lantas merujuk pada apa yang ia sebut ‘penemuan luar biasa’ oleh tim (ekspedisi) Rip Curl baru-baru ini, yang menurutnya “mungkin tak tertandingi” (may be unrivaled).






Bono is an amazing natural phenomenon. Where, when the pair go up a river, the river water will menggelombang, large wavy. Wave height reaches 6 meters. That said, according to one-one story, Bono contained in the Kuala Kampar district is a male partner than females Bono contained in the Rokan River. Bono contained in the Kuala Kampar Kampar River District Pelalawan district has been regarded as common for people around the Kuala Kampar, they were there regarded Bono as a playground to test agility boating.
To achieve this Bono Locations (Meranti Bay Kampar River District, Regency Pelalawan) can be reached by land transportation from Pangkalan Kerinci Pekanbaru to about 70km and can be reached by travel time 1.5 hours. Then followed the journey overland to the Gulf through the District Bunut Meranti more or less travel time can be reached by  4 hours. In addition, travel can also be done using water transportation, from Pangkalan Kerinci (Ports in Pangkalan Kerinci bridge) we can use a speedboat to the village of Pulau Muda (the best location to watch Bono) with travel time around 4. hours. Bono to become the future mainstay Tourism Riau Province.
For surfers world (surfer) and tourists from outside, Bono Kampar is a wonderful invention and even the world selencar reveal remarkable for "Bono Kampar", as revealed by Chris Mauro in his article published GrindTV.com  "A dreamlike wave found in an Indonesian river is stunning surf world,"he wrote. Mauro writing itself then refers to what he called 'extraordinary discovery' by the team (expedition) Rip Curl recently, which he said May be unrivaled.